Sepenggal Kisah dari Pantai Santolo

DSC_2270

Garut memang punya banyak sekali wisata alam yang indah, mulai dari Gunung, ada Gunung Cikuray, Gunung Guntur dan Gunung Papandayan, lalu Curug, ada Curug Sanghyang Taraje, Curug Orok, lalu ada Pantai, ada Pantai Santolo, Pantai Rancabuaya, Pantai Sayang Heulang dan masih banyak lagi keindahan Garut.

DSC_2084

Kali ini saya akan menceritakan sedikit kisah tentang perjalanan saat mengunjungi Pantai Santolo Garut.

Tanggal 1 Mei 2017 tepatnya hari buruh nasional, saya beserta ketiga teman berniat pergi liburan ke Pantai Santolo Garut, dengan orang yang ikut berjumlah 4 orang, yaitu saya, fajri, elga dan ronal, kami pergi ke Pantai Santolo dengan menggunakan motor, berhubung 4 orang yang ikut kami menggunakan 2 motor, agar nanti bisa gantian bawa motor.

Rencana kami berangkat tanggal 1 mei 2017, karena kami tidak akan menginap alias ini hanya One Day Trip kami pergi sepagi mungkin agar tidak pulang malam, rencana awal berangkat jam 07.00, namun kami start agak lebih sedikit pukul 07.20, saat itu kami start dari Cimahi, kami bertujuan menggunakan rute via Pangalengan dengan alasan jarak yang paling dekat dan paling cepat sampai, sebenarnya ada satu rute lagi yaitu via Garut/Pameungpeuk, namun jarak lebih jauh, dan alasan mengapa kami memilih rute pangalengan ini karena sebelumnya saya sudah pernah menggunakan rute pangalengan ini saat pergi ke pantai rancabuaya dan puncak guha februari lalu, karena saya merasa sudah hapal jalan maka kami putuskan menggunakan rute ini.

Jika dilihat dari Waze jarak dari cimahi menuju Pantai Santolo berjarak kurang lebih 150km (Via Pangalengan), dengan dugaan bahwa kami berangkat jam 07.00 dan sampai santolo jam 13.00, dan kami berencana untuk tidak pulang terlalu malam karena jalan pangalengan sangat sepi terlebih tepat di Perkebunan teh Cukul, kami takut akan ada kejadian yang tidak diinginkan, maka dari itu kami berusaha untuk pulang dan sampai ke rumah setidaknya dibawah jam 21.00.

07.20 kami berangkat dari cimahi menuju pangalengan dengan melewati jalan nanjung, kami melewati stadion jalak harupat dan langsung memilih ke arah Pangalengan, kami sempat beristirahat di salah satu minimarket di pangalengan, lalu kami lanjutkan perjalanan, saat itu kondisi jalan ramai lancar, kami pun sampai di Situ Cileunca pada pukul 09.35, perjalanan dari cimahi ke Situ Cileunca terhitung dari jam 07.20 – 09.35 (2 jam 15 menit), saat sampai di Situ Cileunca kami beristirahat sejenak sambil menikmati keindahan panorama yang disuguhkan, setelah 10 menit kami beristirahat di Situ Cileunca kami pun melanjutkan perjalanan, kami memulai perjalanan lagi dari Situ Cileunca pukul 09.45, kami pun melaju motor kami dengan lumayan cepat karena setelah melewati Situ Cileunca jalanan sangat sepi dan jarang kendaraan yang lewat, kami pun mulai memasuki kawasan perkebunan teh cukul yang sangat indah, sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang memanjakan mata.

Rute Via Pangalengan ini memang menawarkan pemandangan yang indah, namun kondisi jalan bisa dibilang cukup ekstrim, karena hampir dipastikan banyak sekali tikungan dengan sisi kanan dan kiri berupa jurang, belum lagi jalan yang menanjak dan menurun membuat kami lebih waspada mengendarai motor, saat itu sebelum memasuki kawasan Alun-alun Talegong (Garut), Ban motor teman saya si Elga tiba-tiba saja bocor, untungnya tak jauh dari tempat ban bocor terdapat sebuah tempat tambal ban, kami pun terpaksa berhenti, kurang lebih 15 menit akhirnya motor si Elga berhasil di tambal bannnya, kami pun kembali melanjutkan perjalanan yang masih panjang ini, 10 menit dari tempat tambal ban tadi kami pun sampai di Alun-alun Talegong, jujur saja bagi saya tempat ini sangat unik karena terdapat di kawasan kebun teh dan jalan yang bisa dibilang sepi, setelah memasuki kawasan Garut mulai terlihat rumah-rumah warga, dan jalan kini menjadi semakin menyempit dan lebih berkulak-kelok, kebun teh sudah tak tampak lagi yang ada kini di kiri kanan jalan adalah rumah warga, kami pun sampai di cisewu, dan melewati tempat yang sempat menjadi viral karena Terdapat patung macan di sebuah Kantor Koramil yang nyeleneh, ya dia adalah “Macan Cisewu”, namun saat kami kesana patungnya sudah tidak ada dan telah diganti oleh patung macan yang lebih gahar dan menakutkan, sayang sekali padahal saya kepengen foto bareng macan cisewu 😂 .

Saat di cisewu tak jauh dari koramil tadi kami beristirahat kembali di sebuah minimarket untuk mengganjal perut, setelah selesai ngemil kami pun melanjutkan lagi perjalanan, perjalanan terasa lama sekali membuat kami agak sedikit ngantuk, sekitar satu jam dari minimarket tadi akhirnya kami melihat garis pantai selatan, seketika mata yang tadi sedikit kabur kini menjadi fokus kembali, kami pun memacu motor kami lebih cepat karena sudah tak sabar ingin bersantai di pantai, tibalah kami di perempatan Rancabuaya, belok ke kanan menuju Cianjur (Pantai Jayanti), lurus menuju Pantai Rancabuaya dan belok kiri menuju arah Garut (Pantai Santolo), karena niat awal kami ingin pergi ke Santolo kami pun langsung mengambil arah ke Garut (Belok kiri), kami tidak mampir ke Pantai Rancabuaya karena kami ingin meminimalisir waktu, sepanjang jalur selatan menuju arah Garut, kami melewati beberapa wisata alam Pantai lain seperti Pantai Puncak Guha yang tidak jauh dari lokasi Pantai Rancabuaya, lalu melewati Pantai Cicalobak, Pantai Gunung Geder, Pantai Sayang Heulang dan Pantai Santolo.

Kondisi jalan lintas selatan ini sangat enak sekali, jalanan yang mulus ditambah kondisi jalan yang sangat sepi sangat enak untuk memacu motor kami dengan kecepatan tinggi, angin sepoi-sepoi juga tak hentinya menampar kami, rasa sejuk dan adem sekali. Oh iya jarak dari Perempatan tadi (Rancabuaya) menuju Pantai Santolo kurang lebih berjarak 30km, dengan jalanan yang lurus dan jarang berkulak-kelok kami hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke Pantai Santolo, terlihat tulisan Pantai Santolo, kami pun masuk dan membayar tiket masuk, saat itu biaya masuk dihitung Rp.20.000/motor, kami pun akhirnya memasuki kawasan Pantai Santolo, dari Loket ke Pantai hanya berjarak kurang lebih 1km, sebelum sampai di Pantai, ada kantor Lapan, pantas saja tadi di perjalanan kami seperti melihat bekas asap roket.

Alhamdulillah kami sampai juga di Pantai Santolo, kami pun sedikit kebingungan akan memparkirkan motor kami dimana, terlihat di sebelah kanan Pantai beserta ombaknya sudah layaknya membujuk kami untuk cepat berenang, lalu kami pun memparkirkan motor kami di sebuah tempat, biaya parkir waktu itu Rp.10.000/motor, ada beberapa orang yang menawarkan penginapan, waktu itu rata2 yang menawarkan penginapan berkisar Rp.100.000/malam, itu sudah termasuk wi-fi, namun kami tidak menggubris dan mengacuhkan tawaran itu karena kami hanya berniat untuk singgah sebentar di Pantai Santolo ini, saat baru berjalan ada orang yang menawarkan untuk naik perahu, kami pun bertanya dan ngobrol sedikit dengan pemilik perahu, dan ternyata mereka menyewakan perahu hanya untuk menyebrang  pulau yang ada di depan, jaraknya sangat dekat hanya beda pulau jadi mau tak mau jika ingin ke pulau itu kami harus naik perahu, setelah berunding kami pun naik perahu untuk menyebrang ke pulau yang katanya itu adalah Pantai Santolo Asli, saat sudah diatas perahu kami ditawarkan untuk berkeliling pantai, mereka memasang tarif Rp.20.000, itu sudah termasuk biaya Pulang-Pergi menyebrang pulau. Kami berpikir kami akan berkeliling lumayan jauh, tapi ternyata cuma keliling sebentar itu pun hanya 15 menit, aduh kami kecewa dan merasa tertipu, kami pun dibuat badmood oleh kejadian tadi, saat sudah sampai Pulau Santolo kami langsung bergegas menuju bibir pantai utamanya, eh ternyata kami ditagih kembali biaya masuk pantai santolo seharga kalau tidak salah Rp.3.000/orang, kami akhirnya sampai di bibir pantai, terlihat suasana pantai sangat sepi dan tidak ada ombak disini, yang ada hanya karang-karang, saya berkata dalam hati “apakah ini santolo yang terkenal itu ?”, saya sedikit kecewa karena tidak sesuai ekpetasi, tapi karena sudah terjadi ya mau bagaimana lagi, nikmati saja. Kami langsung membuka pakaiana kami dan menggantinya dengan baju renang, kami bermain air dan tak lupa berfoto dan berselfie ria. Pantai ini mengingatkan saya akan pantai di Ujung Genteng yang bibir pantainya terdapat karang dan laut yang surut, jadi ombaknya tertahan di tengah, alhasil ombak tidak sampai ke bibir pantai. Terhitung kami di pantai ini dari jam 13.30, tak terasa waktu sudah semakin sore, kami pun bergegas untuk pulang dan awalnya ingin ke Pantai Puncak Guha untuk menikmati Sunset, tapi hari sudah menunjukan jam 16.45, kami pun jadi cukup enggan untuk kesana, tiba-tiba terjadi hal yang tidak di inginkan, Kunci motor saya hilang dan sontak membuat yang lain juga kaget, saya mencarinya kesana kemari, hingga saya tak kunjung mendapatkan kunci itu, seingat saya terakhir kali saya menggunakan kunci adalah ketika  membuka bagasi motor, dan firasat saya mengatakan bahwasanya kunci motor saya tertinggal di parkiran  dan masih menggantung di motor, saya lalu cepat bergegas ke sana, dan ternyata kunci sudah tidak menggantung di motor, saya semakin panik bagaimana memikirkan  pulang, motor masih ada tapi kunci sudah tidak ada, saya pun kembali mengecek isi tas dan saku celana, karena tak kunjung menemui hasil akhirnya kami pun bertanya kepada pihak petugas parkir, awalnya mereka bilang tidak tahu, tapi akhirnya mereka mengetahuinya, lalu saya sebagai pemilik kunci diminta untuk menghadap kepada petugas parkir  yang menemukan kunci motor saya, lalu mereka berbicara kesana-kemari, intinya mereka mengatakan bahwa jangan ceroboh, pada akhirnya UUD juga, saya pun menebus kunci motor saya dengan uang Rp.15.000, saat itu posisi dan keadaan dompet saya sedang krisis jadi saya hanya bisa memberi segitu, setelah semua masalah beres, saya pun pamit kepada semua warga/petugas parkir yang  ada saat itu.

Setelah selesai dengan kejadian tadi waktu semakin sore dan jam sudah menunjukan pukul 16.55, kami pun berdebat kembali apakah akan ke Pantai Puncak Guha untuk sebatas menikmati Senja disana ? Tapi kami pun memikirkan waktu, jarak dari Santolo ke Puncak guha kurang lebih 25-30km dan bisa ditempuh selama 20 menit itu pun dengan kecepatan tinggi, jadi perkiraan waktu kami akan sampai disana paling tidak pukul 17.30, lalu kami seakan enggan untuk kesana karena hari yang semakin sore, hingga akhirnya kami memutuskan untuk langsung pulang saja ke cimahi melewati jalan pangalengan lagi, lalu kami menyalakan motor dan bergegas pergi dari tempat parkir, baru saja 5 menit meninggalkan tempat parkir pemandangan indah tersaji di depan mata kami, tepatnya disebelah kiri kami terlihat Pantai yang indah dan warna jingga yang menandakan bahwa itu adalah senja, dalam hati saya benar saja bahwa Pantai Santolo yang sebenarnya adalah pantai yang kini berada di depan mata kami, dan pantai yang tadi kami datangi bukanlah santolo melainkan pantai cilautereun, lalu saya menatap ke arah teman-teman, mengatakan bahwa lebih baik kita menikmati sore di sini saja dan akhirnya kami kembali memarkirkan motor kami disebelah pantai, kami kembali bayar parkir lagi seharga Rp.5.000/motor, tanpa basa-basi si elga,fajri  dan ronal membuka pakaian mereka dan menggantinya dengan baju yang tadi dipakai di Cilautereun, mereka pun langsung bermain air sedangkan saya hanya bisa melihat mereka bersenang-senang dengan ombak 😂, saat itu saya sudah agak bad mood untuk kembali bermain air dan mengganti baju lagi karena kejadian tadi membuat saya sedikit kacau, saya lalu mengeluarkan kamera saya dan mulai memotret mereka dengan latar belakang panorama yang sungguh indah dan menawan hati, jujur saja saya seperti sedang dihipnotis oleh keindahan senja di pantai santolo  kala itu, dan mungkin ini adalah senja terindah yang pernah saya lihat selama saya hidup, sungguh ini sangat indah dan saya bersyukur masih diberikan waktu untuk melihat keindahan serta lukisan Tuhan ini 😊.

Melihat asiknya mereka bermain air membuat  saya sedikit kesal dan rasanya saya ingin bergabung dengan mereka, dan akhirnya saya pun bermain air di bibir pantai walau air laut hanya mengenai hingga ke lutut saya saja, segar rasanya, rasanya nyaman dan bahagia sekali, saya menyesal karena tadi mengabiskan   waktu di pantai cilautereun, padahal pemandangan disini jauh lebih asik dan memanjakan mata, rasa sesal itu perlahan seakan sirna oleh rasa kagum akan suguhan panorama yang ada, dan tak terasa waktu semakin gelap, mentari mulai sudah dilahap oleh bumi dan senja mulai menghitam, tak terasa kami telah menghabiskan waktu sekitar 1 jam dan saat itu jam menunjukan pukul 18.10, dalam hati saya merasakan perasaan khawatir, bagaimana tidak kami akan pulang melewati jalan pangalengan-garut di jam seperti ini, pada siang hari saja jarang sekali kendaraan yang berlalu lalang, apalagi malam-malam seperti ini, kami pun kembali berdiskusi akan lewat mana pulang, sebenarnya ada satu jalur lagi yaitu Jalan via Garut, kami pun mengecek jarak yang ditempuh bila melewati jalan via garut (pamengpeuk), dan ternyata jaraknya 180km, kami sempat kaget dengan jaraknya yang lebih jauh ketimbang jarak via pangalengan yang sekitar 135km, dalam hati saya mengatakan lebih baik pulang lewat pangalengan, alasan pertama karena jaraknya yang lebih dekat, kedua karena kita telah hapal jalur, namun ada juga alasan mengapa kami tidak usah menggunakan jalur pangalengan ini, pertama adalah rawan begal, ya karena jalan yang sepi pasti sangat rawan dengan kejahatan, sebenarnya bagi saya yang menakutkan bila melewati jalan via pangalengan ini adalah ketika melewati perkebunan teh cukul, jujur saja pasti saat malam hari kondisi jalan sangat sepi ditambah sangat jarang ada rumah-rumah penduduk.

Lalu bagi saya bilamana pulang lewat pameungpeuk (garut) alasan yang membuat saya tidak ingin menggunakan jalur ini karena pertama jarakny yang lebih jauh, kedua diantara kami berempat belum pernah ada yang menggunakan atau melewati jalan ini, saya takut apabila jalan via garut ini malah lebih parah dari pangalengan, kami pun berdebat saat itu jujur saja saya lebih memilih pulang lewat pangalengan, tapi si elga,fajri  dan ronal seakan enggan untuk pulang lewat pangalengan, akhirnya kami meminta saran dan bertanya kepada warga sekitar, mereka bilang lebih baik lewat pameungpeuk (garut) saja ketimbang lewat cisewu (pangalengan).

Silakan ditonton video singkat saat saya mengunjungi Pantai Santolo

(Bersambung)

Leave a comment