Sepenggal Kisah dari Puncak Tertinggi di Jawa Barat : Gunung Ciremai

.dsc_0482

            Mendaki Gunung kini bukan lagi diipandang sebagai kegiatan alam yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang bergabung dalam Ikatan Pecinta Alam,sekarang siapa saja bisa mendaki gunung.Namun bukan berarti Mendaki Gunung adalah sebuah kegiatan yang mudah dilakukan,karena banyak sekali tata cara serta peraturan yang harus kita penuhi ketika akan melaksanakan kegiatan di alam bebas yaitu diantarnya Mendaki Gunung.

dsc_0471

Jawa Barat terkenal dengan Gunung-Gunungnya yang ditumbuhi oleh hutan yang rimbun,Diantara sekian banyak Gunung di Jawa Barat saya telah berhasil menjejakan kaki di Puncak Gunung Cikuray (Garut), Gunung Lembu (Purwakarta), Gunung Guntur (Garut), Gunung Manglayang (Bandung), Gunung Bongkok (Purwakarta) dan yang terakhir dan akan saya bahas adalah Gunung Tertinggi di Jawa Barat atau biasa dijuluki sebagai Atapnya Jawa Barat, yaitu Gunung Ciremai.

1484317389451
Anggota Pendakian

Senyapnya malam itu ditemani dengan dinginnya udara membuatku tergoda untuk memejamkan mata,sebuah elf membawaku pergi menuju tempat tujuanku,yaitu Gunung Ciremai di Majalengka,Rasa kantuk tak tertahankan akan tetapi sang supir menggendarai elf-nya dengan sangat cepat sehingga membuat tubuhku terlemparkan kesana-kemari. Setelah kurang lebih 4 jam elf yang membawaku dari terminal cicaheum (Bandung) akhirnya menepi juga di terminal maja (Majalengka), saat itu suasana Terminal Maja sangat sepi dan sunyi,wajar saja karena kami disini pukul 22.30, rasa kantuk kami berganti menjadi rasa lapar, kami pun memutuskan untuk mencari pengganjal perut, kami pun malam itu menyantap Nasi Goreng yang berada di Terminal, kami menyantapnya dengan penuh kenikmatan.

dsc_0827

Setelah beres makan, tiba-tiba ada seseorang yang menawarkan kami jasa antar ke basecamp Gunung Ciremai, saat itu pembicaraan cukup alot karena mereka memasang tarif tinggi, namun akhinrya nego berhasil dan kami pun menaiki mobil pick up hingga sampai ke Basecamp Gunung Ciremai, saat di perjalanan kami bersenda gurau untuk menghilangkan rasa letih yang daritadi menggerayangi, cuaca malam itu sedang cerah, terlihat dengan jelas langit yang ditaburi oleh bulan serta bintang-bintang membuat malam kami terasa begitu sempurna. Setelah kurang lebih 1 jam kami pun sampai di Basecamp Gunung Ciremai, disini kami akan bermalam dulu dan besoknya baru memulai pendakian pada pagi hari.

p_20170111_072937
tempat dimana kami bermalam sebelum memulai pendakian di basecamp apuy

Esok pagi pun tiba, kami terbangun dan langsung menunaikan sholat shubuh,sembari menunggu yang sholat ada sebagian yang memasak makanan untuk menjadi menu santapan sarapan pagi itu, Tempe goreng, Sayur sop serta tak lupa Nasi yang gosong menjadi sumber energi kami untuk mulai mendaki. Setelah beres sarapan kami bergegas packing barang bawaan kami kembali,setelah semua dirasa siap kami pun memulai pendakian kami di Gunung Ciremai.

p_20170111_073437
trek awal pendakian

Sebelum memulai pendakian kami terlebih dahulu mendaftarkann diri kami di pos pendaftaran, biaya masuknya cukup mahal sekitar Rp.50.000 itu sudah termasuk simaksi, asuransi, sertifikat, trashbag serta makan satu kali, setelah beres mengurus izin mendaki kami langsung bergegas memulai pendakian, tak lupa sebelum mendaki kami terlebih dahulu berdoa supaya diberikan kebaikan dan kelancaran selama mendaki Gunung Ciremai in. Kami start mendaki pukul 08.00, trek awal berupa jalanan yang menanjak namun masih bersahabat, kebetulan cuaca saat itu masih belum terlalu panas, suasana masih penuh senda gurau kala itu dan semangat kami masih besar, setelah kurang lebih berjalan 45 menit kami tiba di Pos 2 (Arban), kami langsung merebahkan diri dan melepaskan beban berat di punggung dan tangan kami, sebuah ransel berkapasitas 60L menjadi barang bawaan kami masing-masing, berat memang namun mau bagaimana lagi inilah salah satu cara kami membawa barang bawaan selama mendaki gunung.

Kami lalu melanjutkan kembali perjalanan dari pos 2 (Arban) menuju ke pos 3 (Tegal Wasawa), Perjalanan semakin berat trek yang tadi bersahabat kini mulai menampakan sedikit demi sedikit wujud aslinya, Tanjakan demi tanjakan kami lalui, mulai terdengar suara menghela nafas dan mulai tampak wajah lelah kami, setelah bergelut dengan tanjakan yang cukup terjal kami pun tiba di Pos 3 (Tegal Wasawa), dibutuhkan waktu sekitar 2 jam  dari pos 2 (Arban) ke Pos 3 (Tegal Wasawa), kami langsung mengantamkan ransel kami ke tanah saking lelahnya, karena mulai merasa lelah dan lapar kami pun memutuskan untuk memasak makanan untuk mengganjal  perut yang mulai keroncongan ini, menu santap siang itu adalah mie rebus yang ditaburi topping sosis sapi, menunya boleh sederhana namun rasannya sungguh tiada duanya, amazing !.

Setelah mengisi perut dengan mie rebus tadi, kami melanjutkan perjalanan menuju ke pos selanjutnya yaitu Pos 4 (Tegal Jamuju), saat diperjalanan kami bersua dengan pendaki lain yang ternyata mereka semua adalah mahasiswa dari salah satu Universitas terkemuka di kota Bandung, kami pun saling menyapa dan berbagi, mereka pun pamit untuk mendaki lagi sedangkan kami masih istirahat melepas letih, saat itu langit yang cerah mulai tampak gelap menandakan akan turun hujan, aku pun lalu memakai jas hujan untuk mencegah air hujan membasahi tubuhku ini, benar saja 20 menit setelahnya turun hujan dengan intensitas ringan.

1484317369413
selfie dulu hehe

Trek dari pos 3 menuju pos 4 sudah di dominasi oleh hutan yang lebat membuat suasana semakin terasa sepi sunyi nan mencekam, terasa sekali nuansa alamnya, akhirnya setelah berjibaku dengan jalanan yang ada kami tiba di pos 4, sekitar 1 jam 30 menit kami habiskan dari pos 3 ke pos 4 ini, kami lalu istirahat kembali di pos 4 ini, rasa lelah mulai menggerayangi tubuh, menggoda kami untuk membangun tenda di pos 4 saja, namun tujuan awal kami adalah membangun tenda di Pos 5, 15 menit kami melepas letih dan akhirnya melanjutkan kembali pendakian menuju pos 5 (Sanghiang Rangkah).

Perjalanan dari pos 4 menuju pos 5 ini sungguh berat sekali, disaat tubuh sudah tak mampu lagi berkompromi dengan jalanan yang ada, serta rasa kantuk yang mulai terasa membuat perjalanan menuju pos 5 ini menjadi alot, langkah kaki mulai mengecil dan telapak kaki mulai enggan untuk menjadi tumpuan, akhirnya kami banyak istirahat dan tak terasa hujan tadi mulai deras, disaat derasnya hujan kala itu, kami harus menerima kenyataan bahwa hari mulai menua, tanjakan terjal kini menjadi lebih terjal akibat air hujan yang membasahi tanah, pakaian kotor tak bisa terhindarkan, rasa letih,lapar serta kedinginan menjadi hal yang harus kami hadapi saat itu, dalam hati sempat putus asa karena tak kunjung mendapati pos 5, akhirnya setelah 2 jam berjibaku dan menahan segala rasa penderitaan kami tiba di pos 5, tanpa basa-basi kami langsung memasang tenda, saat itu cuaca sedang buruk membuat kami mendirikan tenda dengan tergesa-gesa karena tak tahan dengan cuaca dingin yang semakin sore semakin menjadi.

2 Tenda pun akhirnya berhasil kami dirikan, karena anggota pendakian kali ini ada 7 orang maka, tim dibagi menjadi 2, satu tenda menampung 4 orang dan satunya lagi menampung 3 orang, karena saat itu hujan turun dengan deras kami tak sempat untuk memasak makanan,  di dalam tenda yang penuh sesak kami bergantian mengganti pakaian salin, karena pakaian yang tadi telah basah terguyur hujan.

Sore pun kini berganti menjadi malam yang gelap gulita, hujan kala itu masih membasahi bumi ditemani dengan sembaran petir yang besar, di dalam tenda kami hanya diam merenung sambil sesekali mengobrol, saat itu rasa lapar amat sangat terasa sayangnya kompor tak dapat digunakan karena cuaca yang dingin, alhasil kami memakan makanan yang ada, bahkan kami makan mentah-mentah saking laparnya. Suara nyanyian jangkrik diiringin alunan angin malam serta suara rintik hujan menemani kami sepanjang malam, hingga akhirnya kami mengeluarkan sleeping bag untuk tidur, sebelum tidur aku memasang alarm agar besok kami tidak kesiangan saat akan summit attack, kami berencana melakukan summit attack pukul 03.00 agar nanti saat di Puncak kami bisa menikmati Sunrise.

Aku terbangun pukul 03.30, namun di luar sana hujan masih saja turun membuatku ingin kembali tertidur, hujan turun tiada henti hingga angan-angan kami untuk melihat sunrise di puncak menjadi sirna, pukul 06.00 hujan mulai mereda, kami langsung bergegas keluar tenda dan langsung membawa perlengkapan yang berguna saja seperti handphone,kamera,dompet,kompor dan logistik. Karena baru turun hujan jalanan menjadi licin dan becek, namun perjalanan kali ini tak terasa begitu berat karena kami hanya membawa barang-barang penting saja ke puncak sedangkan yang lainnya kami tinggalkan di dalam tenda.

Cuaca menjadi cerah dan langit biru mulai tampak, sinar mentari mulai menyengat membuat perjalanan terasa panas, pada pukul 08.00 kami tiba di Pos 6 (Goa Walet), pos 6 ini adalah sebuah goa yang terbentuk akibat letusan Gunung Ciremai di masa lampau, karena goa itu menjadi tempat tinggal burung walet maka dinmailah Goa Walet,di pos 6 kami beristirhat selama 10 menit, pemandangan yang ada sungguh indah dan memanjakan mata, aku jadi tak sabar ingin segera menepi di Puncak. Ternyata perjalanan dari pos 6 menuju puncak bisa dibilang yang paling ekstrim, karena trek didominasi oleh bebatuan yang sekali-kali bisa membuat kita tergelincir bila tak hati-hati, Puncak mulai terlihat dari kejauhan, kupacu langkahku semakin cepat dan akhirnya setelah melewati trek yang ekstrim kami pun tiba di Puncak Gunung Ciremai.

 

 

Rasa letih, emosi, lapar dan yang lainnya seakan sirna saat aku menjejakan kaki di Puncak, terlihat dengan jelas panorama alam yang ada, dari puncak Gunung Ciremai ini terlihat jelas deretan Gunung-Gunung yang ada di Jawa barat seperti Gunung Galunggung di Tasikmalaya, Gunung Cikuray, Gunung Guntur dan Gunung Papandayan di Garut, bahkan Puncak Tertinggi di Jawa Tengah yaitu Gunung Slamet terlihat di atas Puncak Gunung Ciremai ini. Ketinggian Gunung Ciremai ini sekitar 3078mdpl, dan Puncaknya diberi nama Puncak MajaKuning yang mungkin berarti “Majalengka-Kuningan”, karena gunung ini masuk dalam 3 kabupaten, yaitu Majalengka, Kuningan dan Cirebon. Kawah Gunung Ciremai pun terlihat sangat sangar, membuat hatiku tergetar melihatnya, saat itu suasana di Puncak cukup sepi, karena hanya ada . Kawah Gunung Ciremai pun terlihat sangat sangar, membuat hatiku tergetar melihatnya, saat itu suasana di Puncak cukup sepi, karena hanya ada 3 kelompok termasuk kelompok kami. Terik matahari, Tiupan angin yang kencang serta bau belerang yang menusuk hidung menjadi santapan kami saat berada di Puncak.

Sekitar 3 jam kami habiskan untuk menikmati keindahan Puncak Tertinggi di Jawa Barat, sungguh indah memang ciptaan Tuhan. Tak lupa kami mengeluarkan kamera untuk mengabadikan momen yang tidak abadi ini kedalam sebuah foto, setelah puas melihat lautan awan serta panorama lain dari atas Puncak Gunung Ciremai, kami memutuskan untuk kembali turun, karena cuaca yang tadi cerah kini mulai berganti menjadi mendung.

Perjalanan turun lebih cepat dibanding perjalanan pergi tadi, kami tiba dimana kami mendirikan tenda yaitu pos 5, saat itu sudah mulai akan tampak turun hujan, kami bergegas membereskan kembali tenda setelah sebelumnya memasak masakan untuk mengganjal perut dan untuk dijadika energi untuk perjalanan pulang nanti.

Pukul 16.00 kami telah siap untuk perjalanan pulang, hujan sudah turun dengan intensitas ringan, kami tiba di pos 4 sekitar pukul 16.45, melanjutkan perjalanan karena kami seakan dikejar waktu, kami memasang target puku 18.00 harus sudah sampai pos 2, namun apa mau dikata, pukul 18.00 kami baru sampai pos 3, hari mulai gelap dan terasa sangat mencekam, disaat seperti ini kami malah teringat dengan cerita-cerita seram dan mitos-mitos yanga ada di Gunung Ciremai ini, kami mempercepat laju langkah kaki kami, tak memperdulikan sekitar dan fokus melihat lurus kedepan, namun tubuh yang letih tak bisa diajak berkompromi, disaat sunyinya malam kala itu, kami mencoba menghibur diri dengan mengobrol untuk menghilangkan rasa sepi yang ada, tak bisa dipungkiri rasa takut menjadi-jadi karena kami berada di hutan, dan pada akhinya kami tiba di pos 1 berod (pos pendaftran), kami langsung menjatuhkan badan dan bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan keselamatan selama mendaki Gunung Ciremai ini.

Penulis : Ari Rahman Sadega

 

 

Leave a comment